Selasa, 23 September 2008

Keutamaan Subuh

Shalat Subuh merupakan satu di antara shalat wajib lima waktu yang mempunyai kekhususan dari shalat lainnya dan mempunyai keutamaan yang luar biasa. Pada saat inilah pergantian malam dan siang dimulai. Pada saat ini pula malaikat malam dan siang berganti tugas (HR Al-Bukhari).

Karenanya, beruntunglah mereka yang dapat melaksanakan shalat Subuh pada awal waktu sebab disaksikan oleh malaikat, baik malaikat yang bertugas pada malam hari maupun siang. Allah SWT berfirman: "Dan dirikanlah shalat Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh para malaikat)." (QS Al-Isra′ [17]: 78).
Selain itu, shalat Subuh juga bisa menjadi penerang pada hari ketika semua orang berada dalam kekalutan (kiamat). Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, "Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid (untuk mengerjakan shalat Subuh) dengan cahaya yang terang benderang (pertolongan) pada hari kiamat." (HR Abu Daud, Tirmidzi dan Ibn Majah).

Tak hanya itu, Allah pun telah menyiapkan pahala yang luar biasa bagi mereka yang membiasakan shalat Subuh tepat pada waktunya, yaitu mendapatkan pahala sebanding dengan melakukan shalat semalam suntuk. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis, "Barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat semalam suntuk." (HR Bukhari).

Di antara hikmah dan alasannya adalah karena shalat Subuh merupakan shalat wajib yang paling "sulit" dikerjakan pada awal waktu. Banyak di antara kita lebih memilih untuk tidur di atas kasur empuk dan selimut yang hangat. Padahal, seruan Allah (adzan) pada waktu Subuh telah memberitahukan kita bahwa shalat itu lebih baik daripada tidur.

Secara ilmiah, benar adanya bahwa bangun pagi dan melakukan shalat lebih baik daripada terus tidur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Louis J Ignarro dan Ferid Murad, pembuluh darah manusia akan mengembang pada tengah malam terakhir sampai menjelang siang. Kemudian secara berangsur-angsur sekumpulan sel darah akan menggumpal pada dinding pembuluh sehingga terjadi penyempitan. Inilah yang mengakibatkan tekanan darah tinggi.

Menurut peraih Nobel bidang Fisiologi dan Kedokteran tahun 1998 ini, ada cara alamiah yang bisa dilakukan oleh setiap orang, yaitu menggerakkan tubuh sejak pagi buta. Karena, penelitian mereka menunjukkan bahwa dengan menggerak-gerakkan tubuh, gumpalan sel tadi akan melebur bersama aliran darah yang terpompa dengan kencang pada saat bergerak.

Maka, beruntunglah mereka yang terbiasa menggerakkan tubuh pada waktu Subuh dengan bangun tidur lalu berwudhu kemudian berjalan menuju masjid guna shalat Subuh berjamaah.

[+/-] Selengkapnya...

Shalat shubuh adalah cahaya

Cahaya merupakan simbol dari pencerahan spiritual. Ilmu adalah cahaya. Iman adalah cahaya. Bekas-bekas basuhan air wudhu di wajah adalah cahaya. Alquran adalah cahaya. Setiap amal saleh yang kita lakukan hakikatnya adalah cahaya. Sejatinya, cahaya spiritual akan membimbing serta menerangi kehidupan manusia, tidak hanya di dunia saja tapi juga sampai ke akhirat kela

Di sana, cahaya terang akan memancar dari wajah setiap hamba-hamba beriman yang senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Cahaya inilah yang akan membedakannya dari orang-orang kafir nan ingkar. Allah SWT berfirman, Pada hari ketika kamu melihat orang Mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak (QS Al Hadiid [57]: 12).

Pertanyaannya, apa kaitan shalat Subuh dengan cahaya? Di awal telah diungkapkan bahwa semua amal saleh hakikatnya adalah cahaya. Karena shalat Subuh adalah sebentuk amal saleh yang sangat bernilai, otomatis ia pun termasuk cahaya. Cahaya seperti apa? Dalam sebuah hadis dari Buraidah Al Aslami, Rasulullah SAW mengungkapkan, Beritakanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di waktu gelap (di pagi hari), dengan cahaya yang sempurna di akhirat kelak. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sungguh mengagumkan hadis ini. Al Mubarakfuri memberi komentar, gBahwa tubuh mereka akan diselimuti, dengan cahaya dari berbagai arah, saat mereka mengalami kesulitan berjalan di atas titian shirath kelak. Simaklah kata-kata kunci di dalamnya, kegelapan yang diikuti cahaya yang sempurna. Kegelapan yang diikuti cahaya terang, bukan cahaya remang-remang, namun cahaya yang kualitas terangnya begitu sempurna. Bagaimana terang benderangnya cahaya yang berada di tengah kegelapan? Semakin pekat kegelapan, semakin benderang pula cahaya yang melingkupinya. Pantas jika Rasulullah SAW mengungkapkan janji ini. Bukankah waktu Subuh, waktu sepertiga malam terakhir, waktu menjalang terbitnya fajar, adalah waktu yang paling gelap dari keseluruhan malam? Saat itu adalah saat terjadinya pertukaran antara malam dan siang. Bulan dan bintang sudah memasuki peraduannya sedangkan matahari belum muncul ke permukaan. Saat itu adalah saat-saat di mana cahaya yang menerangi bumi mencapai intensitasnya yang terendah, hingga Bumi mencapai kegelapan yang sempurna.

Dengan kasih sayang-Nya, Allah SWT memerintahkan kita untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah. Dalam kegelapan yang sempurna, Rasulullah SAW mengajak kita berjalan ke masjid memenuhi panggilan Ilahi yang terungkap lewat kumandang adzan. Ketika momen itu berlangsung, dalam setiap langkah kaki, Allah SWT akan menggugurkan satu dosa serta mengangkat kita satu derajat (HR Bukhari Muslim). Ketika itu pula, Allah SWT menaburkan cahaya-cahaya terang yang akan menerangi jiwa orang-orang yang memenuhi panggilannya. Tahukah Anda bahwa peristiwa itu terjadi setiap hari, di pagi hari.

Karena tu, Rasulullah SAW mengajari kita sebuah doa, saat kita berjalan ke masjid di waktu malam dan pagi hari, Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya. Jadikanlah pada pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya. Jadikanlah dari atasku cahaya, dari bawahku cahaya. Ya Allah berikanlah kepadaku cahaya dan jadikanlah aku cahaya (HR Muslim dan Abu Dawud).

Sepertiga malam terakhir hingga terbitnya fajar, adalah momen-momen yang sangat dahsyat. Seiring hadirnya cahaya-cahaya penerang jiwa, Allah SWT pun menaburkan aneka keberkahan di dalamnya. Betapa tidak, saat itulah para malaikat (yang juga makhluk cahaya) memberi laporan harian kepada Tuhannya, perihal amal-amal yang dilakukan manusia. Malaikat siang dan malaikat malam datang dan pergi kepada kalian pada waktu malam. Mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan shalat Ashar. Kemudian malaikat yang hadir bersama kalian naik ke langit, dan Allah Azza wa Jalla bertanya kepada mereka (walau Allah Maha Mengetahui segalanya), "Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?". Mereka menjawab, "Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami pun mendatangi mereka ketika dalam keadaan shalat". (HR Bukhari Muslim).

Siapa pun yang mampu meraih keberkahan ini, maka di akhirat kelak kado istimewa sudah siap menunggunya. Apakah itu? Perjumpaan dengan Allah, Dzat Yang Mahatinggi. Masuk surga itu adalah nikmat yang teramat besar. Namun, kenikmatan surga tiada artinya jika dibandingkan dengan menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan. Rasul sendiri yang menjanjikan hal ini. Dari Jair bin Abdillah, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Ketika kami tengah berada di sisi Nabi SAW, beliau memandang ke arah bulan purnama, lalu bersabda, :Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini untuk melihat-Nya. Jika kalian sanggup untuk tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya, maka lakukanlah". Kemudian beliau membaca ayat ini: dan bertasbihlah memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya (QS Thaahaa [20]: 30). (HR Bukhari).

Alasan dikhususkannya shalat Subuh dan Ashar, boleh jadi karena pada kedua waktu itu seseorang nyaman beristirahat. Waktu Subuh meneruskan istirahat malam, sedangkan Ashar adalah waktu beristirahat seusai melakukan berbagai kesibukan pekerjaan. Selain itu, siapa pun yang istikamah menjaga kedua shalat ini, biasanya mampu pula menjaga shalat fardu pada waktu-waktu lainnya.

[+/-] Selengkapnya...

Memaknai Kalimat Takbir

Karena itu, tatkala kita mendengar kumandang adzan, seharusnya semua urusan duniawi jadi kecil. Bisnis, rapat, pekerjaan, atau uang semuanya jadi kecil. Allah-lah Yang Mahabesar, hingga kita bersegera menuju panggilan tersebut.
Saudaraku, tidak mungkin kita bisa memperbaiki orang lain, kalau kita tidak bisa memperbaiki diri. Tidak mungkin kita bisa memperbaiki diri, kalau kita tidak berani jujur terhadap diri sendiri.
Allah adalah Al Kabir, Dzat Yang Mahabesar. Jagat raya yang demikian luas sepenuhnya ada dalam genggaman Allah. Termasuk di dalamnya galaksi, matahari, planet, bumi, dan manusia benar-benar ada dalam genggaman Allah SWT. Semua itu, tidak ada harganya dalam pandangan Allah. We are nothing, termasuk harta, pangkat, kepandaian dan ketenaran. Kalau dunia ini seharga sayap nyamuk saja, niscaya Allah tidak akan memberikan kekayaan kepada orang-orang kafir. Manusia hanya mengaku-ngaku saja. Dunia sekadar tempat singgah yang fana. Itulah sedikit makna Allahu Akbar; Allah Yang Mahabesar.

Karena itu, tatkala kita mendengar kumandang adzan, seharusnya semua urusan duniawi jadi kecil. Bisnis, rapat, pekerjaan, atau uang semuanya jadi kecil. Allah-lah Yang Mahabesar, hingga kita bersegera menuju panggilan tersebut. Begitu pun saat berperang. Seruan Allahu Akbar seharusnya menjadikan musuh-musuh kita jadi kecil. Dengan memaknai Allahu Akbar tidak akan terlintas dalam diri untuk mundur dari pertempuran. Musuh adalah bonus yang diberikan Allah kepada kita. Musuh adalah ladang amal. Orang yang mengenal Allah akan menjadikan kalimat laa khaufun ′alaihim walaahum yahzanun (tidak ada yang ditakuti kecuali Allah), sebagai prinsip hidup.
Menganggap dunia kecil, bukan berarti kita meremehkan. Tujuannya, kita dapat mengantisipasi agar tidak menjadi penjilat. Salah satu ciri pribadi bermutu adalah pribadi yang tidak menjilat kepada manusia. Boleh kita bergaul rapat dengan manusia, tapi hati kita jangan pernah berharap dari mereka. Harapan kita hanya kepada Allah semata. Boleh jadi kita tidak punya harta, rumah, atau jabatan yang berharga, tapi kita harus tetap punya diri yang berharga.
Bila kita mengenal Allah Dzat Yang Mahabesar, maka tidak ada tempat bagi kita untuk merasa besar. Konsekuensinya seperti pipa U. Semakin kita mengangkat diri, maka akan semakin jatuh pula kita dibuatnya. Sebaliknya, semakin kita menekan diri ke bawah (rendah hati), akan naik pula harga diri kita. Allah SWT sudah mendesain hati kita untuk tidak menyukai kesombongan dan menyukai orang rendah hati. Pertanyaannya, kita termasuk orang yang mana?
Sebuah pohon akan berdiri kokoh jika akarnya menghujam ke bumi. Demikian pula manusia, pribadi yang kokoh adalah pribadi yang pribadinya menghujam ke bumi rendah hati. Walau dicaci maki, difitnah, dibenci mentalnya tidak goyah. Sebaliknya, pribadi rapuh adalah pribadi yang sombong dan terlalu berharap dari orang lain. Kebahagiaan sejati tidak dari mendapatkan. Kebahagiaan sejati hanya akan datang ketika kita bisa bermanfaat bagi orang lain.
Ingin dihormati adalah standar dari manusia. Namun kita harus mampu membelokkannya. Bagi kita cukuplah pujian dan penilaian dari Allah semata. Semakin tidak condong kepada dunia, semakin bahagia pula hidup kita. Seorang alim pernah berpesan. “Jika engkau ingin menikmati hidup dan dicukupi kebutuhannya. Satu saja syaratnya, jangan pernah berharap kepada makhluk”. Karena itu, sesulit apapun situasi yang dihadapi, berusahalah untuk menjaga kehormatan diri. Kalau kita sudah menengadahkan tangan kepada manusia, pasti jatuh harga diri kita.
Saudaraku, inilah kekuatan iman. Kita harus menjalani setiap langkah dengan penuh perhitungan, penuh perencanaan, dan penuh kemuliaan. Jika sanggup melakukan hal ini, kita tidak perlu takut mati kapan pun. Takutlah jika hidup tergadai kemuliaannya. Kita harus berani tampil apa adanya. Bolehkah kita memiliki topeng yang bagus? Boleh, tapi pastikan diri kita jauh lebih bagus daripada topengnya. Tatkala topeng diambil, maka orang akan terkesan pada kita. Ketika mendapat sesuatu, pastikan harga diri kita lebih bernilai dari barang yang kita dapatkan. Ketika kita mendapatkan uang, pastikan kemuliaan kita jauh lebih tinggi dari uang tersebut.
Keyakinan kepada Allah harus kita buktikan dengan selalu menjaga kehormatan. Moto kita adalah melakukan yang terbaik bagi dunia dan bermanfaat bagi akhirat. Sekecil apapun kebaikan pasti akan kembali kepada pembuatnya. Tidak ada alasan bagi kita untuk hidup sebagai seorang pengecut.
Inilah marifatullah, mengenal Allah. Marifatullah bukan tempat menyembunyikan kemalasan diri. Jangan menyembunyikan kelemahan dan kemalasan diri di balik kata sabar, tawakal, ridha, dan lainnya. Keimanan pada Allah harus diwujudkan dalam bentuk produktivitas dan karya nyata. Tujuan hidup kita adalah mati di jalan Allah dalam keadaan terhormat.

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 22 September 2008

TANDA-TANDA LAILATUL QADAR

Lailatul Qadar merupakan satu malam yang mempunyai kelebihan lebih seribu bulan yang lain. Ini dapat kita lihat daripada apa yang telah dinukilkan oleh Allah di dalam al-Quran dalam surah al-Qadar. Begitu juga dengan apa yang telah diberitahukan oleh Rasulullah S.A.W dalam beberapa hadis yang sohih. Kita disuruh untuk menghidupkan malam lailatul qadar dan tidak membiarkannya berlalu begitu saja. Rasulullah S.A.W telah bersabda dalam hadis muttafaq 'alaih daripada Abu Hurairah yang artinya : Sesiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar penuh keimanan dan keikhlasan akan diampun baginya dosa yang telah lalu.

Menurut imam Fakhrurrazi bahwa Allah menyembunyikan malam lailatul qadar dari pengetahuan kita sebagaimana Dia menyembunyikan segala sesuatu yang lain. Dia menyembunyikan keredhaanNya pada setiap ketaatan sehingga timbul dalam diri kita keinginan untuk melakukan semua ketaatan atau ibadat itu. Begitu juga Dia menyembunyikan kemurkaanNya pada setiap perkara maksiat agar kita berhati-hati dan menjauhi segala maksiat dan tidak memilih antara dosa besar dan kecil untuk melakukannya kerana dosa kecil jika terus dilakukan secara berterusan akan menjadi dosa besar jika kita tidak bertaubat dan berusaha meninggalkannya. Dia menyembunyikan wali-waliNya agar manusia tidak terlalu bergantung kepada mereka dalam berdoa sebaliknya berusaha sendiri dengan penuh keikhlasan dalam berdoa untuk mendapatkan sesuatu daripadaNya kerana Allah menerima segala doa orang yang bersungguh-sungguh dan tidak mudah berputus asa. Dia menyembunyikan masa mustajab doa pada hari Jumaat supaya kita berusaha sepanjang harinya. Begitulah juga Allah menyembunyikan penerimaan taubat dan amalan yang telah dilakukan supaya kita sentiasa istiqamah dan ikhlas dalam beramal dan sentiasa bersegera dalam bertaubat. Demikianlah juga dengan penyembunyian malam lailatul qadar agar kita membesarkan dan menghidupkan keseluruhan malam Ramadhan dalam mendekatkan diri kepadaNya bukan hanya sekadar menunggu malam lailatu qadar sahaja untuk beribadat dan berdoa. Tetapi inilah penyakit besar yang menimpa umat Islam yang menyebabkan malam-malam Ramadhan lesu kerana mereka hanya menanti malam yang dianggap malam lailatul qadar sahaja untuk beribadat. Kerana mengejar kelebihan lailatul qadar yang mana kita tidak mengetahui masanya yang tertentu menyebabkan kita terlepas dengan kelebihan Ramadhan itu sendiri yang hanya datang setahun sekali.

Antara tanda-tanda dalam mengetahui malam lailatul qadar adalah berdasarkan beberapa hadis di bawah :

1. Abi Ibnu Ka'ab telah meriwayatkan bahawa Rasulullah S.A.W telah bersabda mengenai lailatul qadar yang artinya : Sesungguhnya matahari yang keluar pada hari itu tidak begitu bercahaya (suram). - Hadis riwayat imam Muslim dalam kitab puasa -

2. Telah diriwayatkan daripada Nabi S.A.W bahawa baginda telah bersabda yang artinya : Sesungguhnya tanda-tanda lailatul qadar, bahawa malamnya bersih suci seolah-olah padanya bulan yang bersinar, tenang sunyi, tidak sejuk padanya dan tidak panas, tiada ruang bagi bintang untuk timbul sehingga subuh, dan sesungguhnya tanda-tandanya matahari pada paginya terbit sama tiada baginya cahaya seperti bulan malam purnama tidak membenarkan untuk syaitan keluar bersamanya pada hari itu. - Hadis riwayat imam Ahmad dengan isnad jayyid daripada Ibadah bin As-Somit -

3. Dalam Mu'jam At-Tobarani Al-Kabir daripada Waailah bin Al-Asqa' daripada Rasulullah S.A.W telah bersabda yang artinya : Malam lailatul qadar bersih, tidak sejuk, tidak panas, tidak berawan padanya, tidak hujan, tidak ada angin, tidak bersinar bintang dan daripada alamat siangnya terbit matahari dan tiada cahaya padanya(suram).

4. Telah meriwayat Al-Barraz dalam musnadnya daripada Ibn Abbas bahawa Rasulullah S.A.W telah bersabda yang artinya : Malam lailatul Qadar bersih tidak panas dan tidak pula sejuk.

Qadhi 'Iyad telah mengatakan ada dua pendapat mengenai matahari yang terbit tanpa cahaya iaitu:

1) Ia merupakan tanda penciptaan Allah SWT.
2) Menunjukkan bahawa kerana terlalu banyak para malaikat yang berzikir kepada Allah pada malamnya dan mereka turun ke bumi yang menyebabkan sayap-sayap dan tubuh mereka yang halus menutupi dan menghalangi matahari dan cahayanya.



[+/-] Selengkapnya...

I’tikaf dan Kekuatan Jiwa

Dalam perjalanan kehidupan ini manusia selalu membutuhkan dua hal;
Pertama:
Evaluasi diri untuk melihat sudah sejauhmana perjalanannya dan seperti apa harapan-harapan yang telah dicapainya.

Kedua:

Mendapatkan energi untuk melanjutkan perjalanan dan harapan-harapan yang belum dapat dicapainya. Kedua kebutuhan ini – Evaluasi diri dan mendapatkan energi- akan dapat kita penuhi ketika kita melakukan sebuah aktifitas dalam bentuk I’tikaf di Masjid. Inilah Rahasia mengapa I’tikaf menjadi sebuah aktifitas yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasul saw sejak pertama kali disyariatkan puasa hingga beliau wafat. Maka dalam rangkaian ayat-ayat amaliah puasa yang Allah sebutkan dari ayat 183 –187 dalam surah Al-Baqarah, I’tikaf menjadi salah satu amal yang prioritas untuk dilakukan selama Ramadhan.

Dalam kaitan fungsi evaluasi diri, sesungguhnya waktu I’tikaf adalah moment yang sangat tepat untuk kembali merekonstruksi perjalanan hidup kita untuk satu tahun kedepan,karena disaat inilah kita terlepas dari segala aktifitas dunia dan konsentrasi melakukan ibadah dan perenungan-perenungan perjalanan hidup , karena antara aktifitas taqarub kepada Allah dan perenungan-perenungan diri ada kaitan yang sangat erat , yaitu bahwa manusia ketika melakukan ibadah yang intens akan memiliki kelembutan jiwa dan ketika jiwanya lembut maka dia akan lebih mudah untuk menyadari kondisi dirinya dan melakukan perbaikan atas kekurangan dan kesalahan-kesalahannya selama ini , inilah yang telah di isyaratkan
oleh Allah swt : “Wahai orang-orang beriman.! bertaqwallah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah dipersiapkan untuk hari esok(akherat),dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Hasyr (59):18)

Dan dalam kaitan mendapatkan energi,I’tikaf merupakan waktu yang penuh dengan hari dan malam yang istimewa karena di malam-malam dan hari-hari ini orang yang melakukan I’tikaf akan memiliki intensitas ibadah yang luar biasa,dalam bentuk istigfar,tasbih,tahmid tilawah dan berbagai macam ketaatan yang lain dan ini merupakan modal energi dan kekuatan yang sangat luar biasa , karena aktifitas ini akan berpengaruh kepada penambahan kekuatan dan energi dari Allah SWT. “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Huud:52).

I’tikaf dan lailatul Qadar

Dalam bahasan para Ulama salah satu alasan mengapa Rasul saw dan para shahabat begitu sangat semangat dan antusias melakukan I’tikaf , yaitu dalam rangka meraih Lailatul Qadar. Karena kaitan antara I’tikaf dan lailatul qadar begitu sangat erat dari sudut pandang anugerah dan waktu.

Dari sudut anugerah lailatul qadar merupakan sesuatu yang berharga yang harus diraih dan didapatkan, dari sudut waktu lailatul qadar merupakan moment yang harus diisi karena malam itu malam yang diistimewakan dari malam-malam yang lain. Diantara anugrah besar yang Allah swt berikan kepada kaum muslimin pada malam itu adalah anugerah penentuan taqdir-taqdir manusia untuk satu tahun kedepan (Tafsir Ibnu Katsir Juz 4 hal 137-138), Allah swt berfirman “Sesungguhnya kami menurunkan Al-Quran pada malam yang diberkahi,sungguh Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan dengan penuh hikmah”(QS.Ad-Dukhon:3-4).

Tentunya akan sangat berbeda penentuan taqdir Allah swt kepada orang-orang yang pada malam tersebut mengisi waktunya dengan taqarrub dan ketaatan dengan orang yang disibukan dengan dunia, Allah swt pasti lebih suka orang yang beribadah dari pada orang yang lalai dan bermaksiat kepadanya pada saat DIA menentukan taqdir-taqdir-Nya.

Material dan Spritual

Permohonan dan munajat yang diajarkan oleh Baginda Rasul yang harus kita perbanyak adalah permohonan yang bersifat spiritual berupa pencerahan jiwa bukan sesuatu yang material-harta,jabatan dan hal-hal duniawi lainnya-,karena terlalu sederhana apabila kita hanya mengharapkan berkah yang bersifat material. Untuk itu ketika Ummul Mu’minin Aisyah ra, bertanya kepada Rasul saw apa yang harus dibaca apabila mendapatkan Lailatul Qadar? Maka Rasul saw menjawab : bacalah “ Allahumma innaka afuwun tuhibbul afwa fa’fu ‘anni” artinya “Ya Allah Engkau Pemberi ampun dan maaf maka ampuni dan maafkanlah aku”(HR.Imam Ahmad,Turmudzi dan Ibnu Majah).

Ketika seseorang mendapatkan ampunan maka ia akan mendapatkan kejernihan dan pencerahan jiwa,hal inilah yang akan melahirkan jiwa-jiwa yang sensitive yang selalu mengevaluasi diri dan meraih energi-energi dari Allah swt. Selamat mendapatkan!.

Wallahu A’lam.

[+/-] Selengkapnya...